Hubungan antara perang salib dengan merkantilisme ?
Sejarah
mercylux96p06shv
Pertanyaan
Hubungan antara perang salib dengan merkantilisme ?
1 Jawaban
-
1. Jawaban Daffaus
Perang Salib) adalah sebuah istilah modern yang berasal dari kata Perancis croisade dan Spanyol cruzada; pada tahun 1750 bentuk-bentuk dari kata "crusade" telah terbentuk sendiri dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman.[3] Oxford English Dictionary mencatat penggunaannya pertama kali dalam bahasa Inggris oleh William Shenstone pada tahun 1757.[4] Ketika seorang tentara salib mengucapkan suatu sumpah (votus) untuk pergi ke Yerusalem, ia akan menerima sehelai kain salib (crux) untuk dijahitkan di pakaiannya. Hal "mengenakan salib" ini menjadi terkait dengan keseluruhan perjalanan, dan para tentara salib memandang diri mereka melakukan suatu iter (perjalanan) atau peregrinatio (ziarah bersenjata). Inspirasi akan "mesianisme kaum miskin" ini merupakan suatu pengilahian (apotheosis) massal yang diharapkan di Yerusalem.[5]
Penomoran Perang-perang Salib menjadi bahan perdebatan, beberapa sejarawan menghitung ada tujuh Perang Salib besar dan sejumlah kecil lainnya antara tahun 1096–1291.[6] Kalangan lain menganggap Perang Salib Kelima yang melibatkan Frederik II sebagai dua perang salib, sehingga perang salib yang dilakukan oleh Louis IX pada tahun 1270 menjadi Perang Salib Kedelapan. Terkadang Perang Salib Kedelapan ini dianggap dua, sebab yang kedua dianggap sebagai Perang Salib Kesembilan.
Pandangan pluralistik mengenai Perang-perang Salib berkembang selama abad ke-20, "Perang Salib" dianggap mencakup semua kampanye militer di Asia Barat atau di Eropa yang direstui oleh kepausan.[7] Perbedaan utama antara Perang-perang Salib dan perang suci lainnya adalah bahwa pengesahan untuk melakukan Perang-perang Salib bersumber langsung dari paus, yang mengaku melakukannya atas nama Kristus.[8] Dikatakan demikian karena mempertimbangkan pandangan Gereja Katolik Roma dan mereka yang hidup pada zaman abad pertengahan, seperti Santo Bernardus dari Clairvaux, yang mana memberikan prioritas setara untuk kampanye militer yang dilakukan untuk alasan politik dan untuk memerangi paganisme dan bidah. Definisi yang luas ini mencakup penganiayaan terhadap kaum bidah di Perancis Selatan, konflik politik antara umat Kristen di Sisilia, penaklukan kembali Iberia oleh kaum Kristen, dan penaklukan atas kaum pagan di Baltik.[9] Suatu pandangan yang lebih sempit adalah bahwa Perang-perang Salib merupakan perang pertahanan diri di Levant terhadap kaum Muslim untuk membebaskan Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim.[10]
Para paus secara periodik menyatakan perang-perang salib politik sebagai sarana penyelesaian konflik di antara kaum Katolik Roma; dari pengertian ini, yang pertama dinyatakan oleh Paus Innosensius III terhadap Markward von Annweiler pada tahun 1202.[11] Yang lain misalnya perang salib melawan kaum Stingers, beberapa perang salib (yang dinyatakan oleh sejumlah paus) melawan Kaisar Frederik II dan para putranya,[12] dan dua perang salib melawan para musuh Raja Henry III dari Inggris yang mana mendapatkan keistimewaan-keistimewaan setara sebagai para peserta dalam Perang Salib Kelima.[13]
Suatu istilah umum bagi kaum Muslim adalah Saracen; sebelum abad ke-16, kata-kata "Muslim" dan "Islam" jarang digunakan oleh orang Eropa.[14] Dalam bahasa Yunani dan Latin, kata "Saracen" berasal dari awal milenium pertama untuk merujuk pada orang-orang selain bangsa Arab yang mendiami daerah gurun di sekitar Provinsi Romawi Arabia.[15][16] Istilah tersebut berkembang sehingga mencakup suku-suku Arab, dan pada abad ke-12 menjadi penanda religius dan etnis yang disamakan artinya dengan "Muslim" dalam literatur berbahasa Latin abad pertengahan.[17][18] Istilah orang Latin dan Franka digunakan selama Perang-perang Salib bagi orang Eropa Barat, untuk membedakan mereka dari orang Yunani.[19][20]
Penulisan sejarah Sunting
Selama masa Reformasi Protestan dan Kontra Reformasi pada abad ke-16, para sejarawan memandang Perang-perang Salib melalui kaca mata keyakinan religius mereka masing-masing. Kaum Protestan memandangnya sebagai suatu wujud dari kejahatan kepausan, dan kaum Katolik memandangnya sebagai pemaksaan kekuatan demi kebaikan.[21] Para sejarawan Abad Pencerahan cenderung melihat Abad Pertengahan secara umum, dan Perang-perang Salib tersebut secara khusus, sebagai berbagai upaya dari budaya-budaya barbar yang didorong oleh fanatisme.[22] Saat awal periode Romantik pada abad ke-19, pandangan keras seputar Perang-perang Salib dan zamannya telah melunak;[23] keilmuan di kemudian hari pada abad tersebut menekankan pengkhususan dan detail.[24]